Selasa, 26 November 2013

Mengapa Lulusan Perguruan Tinggi Tidak Memiliki Keunggulan Kompetitif ?



Coba anda perhatikan lulusan perguruan tinggi, mengapa mereka tidak memiliki Keunggulan Kompetitif ?

Pengertian Keunggulan Kompetitif
Menurut Tangkilisan (dalam bukunya Strategi Keunggulan Pelayanan Publik Manajemen SDM, 2003) bahwa Keunggulan Kompetitif adalah merujuk pada kemampuan sebuah organisasi untuk memformulasikan strategi yang menempatkannya pada suatu posisi yang menguntungkan berkaitan dengan perusahaan lainnya. Keunggulan Kompetitif muncul bila pelanggan merasa bahwa mereka menerima nilai lebih dari transaksi yang dilakukan dengan sebuah organisasi pesaingnya. Kemudian di dalam Kamus Bahasa Indonesia oleh Badudu-Zain (1994), dinyatakan bahwa keunggulan kompetitif bersifat kompetisi dan bersifat persaingan. Bertitik tolak dari kedua sumber diatas, kami berpendapat bahwa keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang dimiliki oleh organisasi, dimana keunggulannya dipergunakan untuk berkompetisi dan bersaing dengan organisasi lainnya, untuk mendapatkan sesuatu.
Mengapa lulusan perguruan tinggi tidak memiliki keunggulan kompetitif ?
Karena kurangnya kesadaran pada mahasiswa itu sendiri bahwa bangsa ini memerlukan lulusan yang dapat diandalkan dalam kompetisi global merupakan faktor penting dalam memulai suatu perubahan. Proses belajar yang berlangsung di kampus seharusnya memberikan jaminan mutu pada ketiga faktor kompetensi knowledge, skill, dan attitude. Selain itu, perguruan tinggi perlu mengupayakan mahasiswanya supaya bisa bersaing di dunia kerja nanti.
Kurangnya Kemampuan bergaul adalah sejenis kemampuan/keterampilan untuk menjalin hubungan antarpersonal. Ini mencakup kemampuan untuk mendengarkan dan memahami orang lain dan kemampuan untuk membuat diri sendiri bisa dimengerti oleh orang lain. Sarana utama dalam bergaul adalah komunikasi dan ’’kunci” bagi komunikasi adalah to listen. Di dalam kampus ’’gaul” dapat ditingkatkan dengan cara memperbanyak dan memperkaya bentuk forum-forum interaksi antarmahasiswa, antara mahasiswa dengan dosen, antara siswa, serta karyawan dengan dosen. Interaksi-interaksi ini diupayakan untuk bisa berlangsung dalam suasana yang rileks tapi tanpa mengurangi keseriusan, terbuka, dan akrab. Dalam situasi demikian, seseorang tidak akan mengalami hambatan psikologis untuk berusaha lebih mengenal orang lain ataupun untuk memperkenalkan diri.





Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar