POTENSI DAN PERAN KREDIT DI
PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PERSPEKTIF RURAL
PEMBANGUNAN EKONOMI
PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PERSPEKTIF RURAL
PEMBANGUNAN EKONOMI
Sebuah studi empiris tentang Credit Union di daerah
pertanian yang bertujuan untuk mengetahui kinerja Credit Union dalam perspektif
pembangunan ekonomi pedesaan telah dilakukan di Kalimantan pada pertengahan
2010 melalui pendekatan partisipatif untuk memahami penggunaan pedesaan
kelompok dan wawancara individu yang melibatkan wawancara, administrator, manajer
dan pengguna Credit Union.
Dengan menggunakan pendekatan analisis deskriptif
kualitatif dengan Credit Union, sengaja dipilih sampel, diperoleh keterangan
sebagai berikut : (1) Adanya serikat kredit diakui oleh masyarakat memiliki
peran strategis sebagai kegiatan intermediasi ekonomi pedesaan, (2) layanan
faktual yang diberikan oleh Credit Union telah menunjukkan keberhasilan, (3)
faktor penting dalam pengembangan serikat kredit untuk pertanian terletak pada
legalitas kelembagaan, kemampuan manajemen dan manajemen, kelayakan ekonomi
pertanian dan klien bantuan teknis atau layanan pengguna Credit Union, (4)
untuk memulai pertumbuhan dan credit union pengembangan untuk pembangunan
pertanian diperlukan untuk meningkatkan kemampuan bagi para manajer SDM dan
calon manajer Credit Union, mendukung penguatan modal dan bantuan teknis kepada
pelanggan pengguna kredit.
Pelaku ekonomi yang lemah di ibukota pedesaan telah
diakui oleh pemerintah untuk mendorong pemerintah untuk meluncurkan beberapa
program kredit ditargetkan untuk petani dan pengusaha mikro dan kecil sejak
Repelita I. Walaupun pemerintah telah menerapkan berbagai program pinjaman,
tapi prestasi masih belum melihat hasil seperti yang
diharapkan. Ada indikasi bahwa kinerja kredit dari program ini adalah tidak memuaskan
terutama di lembaga-lembaga keuangan sebagai pelaksana, yang dapat dilihat dari
tiga aspek : (1) rendahnya tingkat pengembalian pinjaman, (2) petugas moralitas
rendah eksekutif dan (3) tingkat rendah mobilisasi dana masyarakat.
Data
sekunder dikumpulkan melalui berbagai dokumen laporan kegiatan pencarian
informasi atau program dan kebijakan pengembangan Credit Union, geografi,
sosial ekonomi, dan review skema kredit pada Credit Union.
Data rinci
yang diperlukan :
1. Profil berbagai
Credit Union di Kalimantan, mulai dari jumlah (unit), posisi kredit (jumlah
pelanggan dan jumlah uang) dan menyimpan posisi (jumlah pelanggan dan jumlah
uang)
2. Peran potensial dan serikat kredit di Kalimantan, besarnya lembaga, jumlah penyerapan tenaga kerja, kemampuan untuk memanfaatkan sumber daya lokal, besarnya kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
2. Peran potensial dan serikat kredit di Kalimantan, besarnya lembaga, jumlah penyerapan tenaga kerja, kemampuan untuk memanfaatkan sumber daya lokal, besarnya kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
3.
Infrastruktur dan kondisi kelembagaan Kalimantan Credit Union yang mencakup
aspek regulasi, regulator, likuiditas jaminan pengembangan, penilaian dan
asosiasi.
Menganalisis
data sebagian besar dilakukan secara deskriptif kualitatif, dipertajam oleh
Struktur analisis Kinerja Perilaku ( SCP ). Untuk mengungkap peran potensial
dari Credit Union dan Kalimantan dalam pendekatan pembangunan ekonomi pedesaan
adalah aspek kekuatan (memperkuat), kelemahan (Weaknesses), peluang
(opportunity) dan ancaman (ancaman) atau dikenal sebagai analisis SWOT.
Manajemen
keuangan oleh Uni Credit pada dasarnya merupakan bentuk manajemen keuangan
dengan sistem bergulir. Modal yang digunakan berasal dari masyarakat oleh masyarakat
dan untuk masyarakat. Dalam faktual, credit union layanan di Kalimantan telah
menunjukkan keberhasilan, ditandai oleh beberapa indikator, dan beberapa
perubahan seperti peningkatan partisipasi pendidikan anak - anak, peningkatan
pendapatan dan aset rumah tangga meningkat.
Dari sisi kelembagaan, indikator keberhasilan ditunjukkan
oleh perkembangan jumlah anggota, pengembangan aset dan dana yang diserap. Dana
disalurkan melalui pinjaman kepada publik sampai Desember 2009
mencapai
Rp 2.409.205.270.278,-
dan ada kecenderungan meningkat. Jumlah simpanan anggota sampai akhir Desember
2009 mencapai Rp 2.841.269.831.269,-. Pinjaman Non - kinerja ( NPL ), yang menunjukkan rasio
tunggakan terhadap total kredit relatif kecil ( 1,5 % ) jauh di bawah batas
toleransi ( 5 % ).
KESIMPULAN
1. Credit Union mengakui keberadaan masyarakat memiliki peran strategis sebagai
kegiatan ekonomi masyarakat perantara
2. Layanan faktual Credit Union telah menunjukkan
keberhasilan, tetapi keberhasilan masih bias dalam usaha ekonomi di luar sektor
pertanian, skema kredit untuk serikat kredit pertanian belum diberikan
prioritas.
[1] Ashari .
2008. Potensi Lembaga Keuangan Mikro ( LKM ) dalam Pembangunan Ekonomi Pedesaan
dan Kebijakan Pembangunan . Analisis Kebijakan Pertanian Volume 4 No 2 :
146-164
[2]
Budiantoro , S. 2003. Lembaga Keuangan Mikro Bill : Jangan Jauhkan Dari Lembaga
Keuangan Masyarakat . Jurnal Ekonomi Rakyat . Artikel Th . Nomor II . 8 .
[3]
Hendayana , Rachmat dan Bustaman , Sjahrul . 2007. Fenomena Lembaga Keuangan
Mikro dalam Pembangunan Ekonomi Pedesaan Perspektif . Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian . Bogor.
[4] Lopez ,
Zulkarnain . 2007. Dampak Distribusi Kredit berdasarkan Credit Union Business
Kinerja Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Petani dan Petani . Jurnal Ilmu - Ilmu
Pertanian Indonesia . Edisi Khusus, No 3 : 275-284 .
[5]
Martowijoyo , S. 2002. Dampak Lembaga Pedesaan Terhadap Kinerja Sistem
Perkreditan Bank . Jurnal Ekonomi Rakyat . Artikel Th . I No 5 .
[6] Risqi ,
Tom . 2003. Apakah ada kontribusi dari Kredit Mikro dalam Pemberantasan
Kemiskinan . Kompas artikel surat kabar .
[7] Sumodiningrat
, G. 2003. Peran Lembaga Keuangan Mikro dalam Penanggulangan Menanggunalangi
Associated Dengan Kebijakan Otonomi Daerah . Jurnal Ekonomi Pertanian . Artikel
Th . Nomor II . 1 .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar